Monday, February 28, 2011

Dzikir Dapat Menyeimbangkan Jiwa

Assalamu alaikum wr.wb
Agar bisa terbebas dari sengsara…. dzikir saja tidak cukup. Karena selain berdzikir kita juga harus berusaha berpikir yang benar dan merenung yang benar Jika tidak, maka (maaf) dzikir pun hanya menjadi pekerjaan yang sia-sia belaka.

Secara umum orang menganggap dzikir berarti membaca puji-pujian atau asma Allah dan doa yang dilakukan berulang-ulang dalam hitungan tertentu. Dzikir dalam arti bahasa adalah mengingat Dzikirullah berarti mengingat Allah. Arti mengingat yaitu memfokuskan perhatian yang melibatkan pikiran dan perasaan pada obyek tertentu. Sementara yang menjadi pertanyaan apakah dalam melakukan dzikir bisa fokus bila perasaan sedang kacau atau emosi sedang tidak stabil?

Jika diperhatikan manusia memiliki 3 masa kehidupan
  1. Masa lalu/silam diwakili oleh emosi/perasaan 
  2. Masa sekarang diwakili oleh Sang Aku 
  3. Masa datang diwakili oleh pikiran/angan-angan/keinginan
 Penyebab penderitaan dunia/sengsara sang aku tidak mampu menyelaraskan antara pikiran dan perasaanya.

 Cara berpikir yang keliru juga menyumbang adanya penderitaan. Sehingga pikiran yang seharusnya bisa mengendalikan untuk meredam gejolak dalam diri/psikis (emosi negatif= kemarahan, kekecewaan, kesedihan, dll), justru memperberat penderitaan. Tanpa disadari mereka telah memperkuat penderitaannya, dengan mensugesti diri dalam bentuk pikiran-pikiran negatif (selalu sial, tidak pernah beruntung, Tuhan tidak adil, dll). Hal ini akan tertanam dalam otak bawah sadar. Pada hari-hari berikutnya akan ditemui penderitaan yang lebih berat dari sebelumnya. Bukan karena permasalahan yang lebih berat, tapi bentuk pikiran negatif masa lalu yang telah memblokir pemikiran-pemikiran yang lain yang bersifat positif. Sehingga yang dilihat serba hitam dan kelam. Selain itu, pikiran negatif juga mempengaruhi pemberian makna Sabar dan Ikhlas cenderung ke dalam sikap yang pesimis. Seolah-olah merubah keadaan menjadi lebih baik adalah suatu pekerjaan yang sulit.

Dalam Qur’an banyak disinggung perintah untuk berpikir. Dengan artian berpikir positif. Berpikir bisa berarti merenung. Merenung berarti memfokuskan perhatian pada suatu obyek tertentu dari beberapa sudut pandang untuk memperoleh suatu pengetahuan dan pemahaman baru. Dengan berpikir benar dan perenungan yang benar disertai dengan tindakan yang tepat, maka seseorang baru bisa membebaskan diri dari penderitaan.
Wassalam.
Patramantra
tanpamantra@yahoo.co.id

0 comments:

Post a Comment